Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net[URL=http://www.textspace.net][IMG]http://http://img407.imageshack.us/img407/1070/1294337897be9abc86.gif[/IMG][/URL]
Welcome To My Blog

Sabtu, 25 Desember 2010

FARMAKOLOGI

Obat Psikosa / Psikosis


Nama    : Meisyafitri Sugiarti
NIM      : 0910056
Jurusan : S1 Keperawatan  (STIKES HANG TUAH  SURABAYA)

           
PENDAHULUAN
            Pada wilayah Indonesia banyak Stigma yang melekat pada individu dengan gangguan jiwa merupakan satu  hal yang tidak kunjung mengalami perubahan. Individu dengan gangguan jiwa apalagi yang berat  seperti skizofrenia (sering juga disebut psikosis) merupakan sasaran stigma yang paling berat.
            Pasien skizofrenia atau terkadang disebut pasien psikosis sering kali luput dari perhatian kita. Data demografik menyatakan, terdapat sekitar 1 persen populasi penduduk dunia yang menderita gangguan jiwa jenis ini, suatu jumlah yang sangat besar dengan populasi manusia dunia saat ini. Sebab berhubungan dengan beban masyarakat dan negara yang ditanggung karena penyakit ini. Dalam masyarakat pasien psikosis sering dianggap sudah tidak punya perasaan lagi dan terkadang dianggap berbahaya. Padahal mereka juga pasien yang sangat membutuhkan perhatian dari dokter dan keluarga serta masyarakat. Seringkali pasien dengan gangguan psikosis menjadi bulan-bulanan masyarakat. Mereka lebih sering disebut masyarakat sebagai orang gila. Stigma yang begitu melekat pada gangguan psikosis adalah mereka berbahaya. Padahal, pasien gangguan psikosis yang mempunyai kecenderungan berperilaku kekerasan hanya sebagian kecil saja yaitu tidak lebih dari satu persen, itu pun biasanya terjadi pada kondisi akut. Apabila dalam perawatan, pasien kebanyakan tenang dan dapat mengendalikan diri. Selain itu kekerasan yang dilakukan pasien merupakan suatu tanda dan gejala dari manifestasi penyakitnya. Tidak seperti penyakit fisik yang mempunyai target organ yang bermanifestasi pada gejala dan tanda fisik yang terdapat pada pasien, gangguan psikosis seperti umumnya gangguan jiwa mempunyai manifestasi tanda dan gejalanya pada perasaan (affective), perilaku (behavior) dan pikiran (cognition). Apabila dibagi dalam bagian besar, gejala klinis pasien psikosis dapat dibagi menjadi gejala
negatif (menghindari pergaulan sosial, berdiam diri, afek yang tumpul sampai datar, tidak ada semangat untuk beraktivitas) serta gejala positif (gaduh gelisah, waham, halusinasi, bicara kacau). Tak heran, jika orang lain melihat kalau pasien psikosis seringkali berperilaku dan mempunyai
pikiran aneh.
Hal itu sebenarnya merupakan manifestasi dari penyakitnya sendiri. Banyak pasien psikosis yang dapat kembali menjalani kehidupan normal.
Mereka mampu menyelesaikan pendidikannya dan dapat bekerja seperti kebanyakan orang. Sampai saat ini gangguan psikosis tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa ahli mengatakan, adanya suatu hubungan antara sistem dopaminergik di otak dengan penyakit psikosis ini. Hipotesis tentang sistem dopamin ini mengatakan terdapat aktivitas yang berlebihan dari sistem ini.
            Jaras yang dianggap paling berperan terhadap timbulnya gejala terutama waham dan halusinasi adalah jaras mesolimbik, sehingga sampai saat ini pengobatan oleh obat-obat antipsikotik bertujuan untuk menurunkan aktivitas dari sistem yang terlibat ini. Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara lain adalah waham, yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan. Beberapa pasien psikosis mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang berniat
jahat terhadap pasien. Ada pula pasien yang yakin bahwa ia adalah orang yang istimewa, seperti raja atau nabi dan mempunyai kekuatan yang istimewa juga. Halusinasi, gangguan persepsi ini membuat pasien psikosis dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat
halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan. Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat
mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain
Selain gejala di atas yang merupakan gangguan terhadap isi pikiran dan persepsi pasien, manifestasi gangguan psikosis juga terdapat pada proses pikirnya. Pada beberapa pasien terutama yang akut atau jenis skizofrenia hebefrenik terdapat proses pikir yang sangat kacau atau terdapat asosiasi longgar. Orang awam lebih sering menyebut sebagai pembicaraan yang ngaco atau ngawur. Seringkali terdapat ketidakserasian antara isi pikiran dengan mood yang dapat kita lihat dari
ekspresi pasien saat bercerita tentang keadaan dirinya. Perilaku gaduh gelisah pada pasien psikosis biasanya merupakan reaksi terhadap waham (biasanya waham paranoid) dan halusinasi auditorik yang bersifat memerintah.

PENGERTIAN
            Psikosa merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality ) gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organik ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Dan dapat diobati dengan antipsikosis antispikosis merupakan Jenis obat dari psikotropik. Yang gejala sasarannya pada obat spikosis.
Spikotropik ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikik, kelakuan atau pengalaman (WHO, 1966)

PENGGOLONGAN OBAT PSIKOTROPIK
I.     Obat Antispikotika
A.    Derivat Fenotiazin
1.      Senyawa dimetilaminopropil
ü  Klorpromazin
ü  Promazin
ü  Triflupromazin
2.      Senyawa piperidil
ü  Mepazin
ü  Tioridazin
3.      Senyawa piperazin
ü  Asetofenazin
ü  Karfenazin
ü  Flufenazin
ü  Perfenazin
ü  Proklorperazin
ü  Trifluoperazin tiopropazat
B.     Non fenitiazin
ü  Klorprotiksen 
C.     Butirofenon
ü  Haloperidol
II.  Antiansietas
A.    Benzodiasepin
ü  Diazepam
ü  Klordeazepoksid
ü  klorazepat
B.     Golongan lain  
III.   Obat Antidepresi
A.    Penghambat mao
ü  Isokarboksazid
ü   Nialamid
ü  fenelzin
B.     Senyawa dibenzapein
ü  Imipramin
ü  Desmetilimipramin
ü  Trazodon
ü  Fluoksetin
ü  Bupropion
ü  Nomifensin
ü  mianserin.
C.     Senyawa lain
ü  Amoksapin
ü  Maprotilin
ü  Trazodon
ü  Fluoksetin
ü  Bupropion
ü  Nomifensin
ü   mianserin.
IV.   Obat Spikotogenik
ü  Meskalin
ü  dietelamin asam lisergatdan marihuana(ganja)


ANTISPIKOTIKA
Antipsikotika disebut neuroleptika major tranqullizers atau obat penyakiit jiwa adalah Obat-obat  yang bekerja terhadap SSP dengan mempengaruhi fungsi-fungsi psikis dan proses-proses mental. Obat - obat inu dapat meredakan emosi agresi, dan dan dapat pula mengilangkan mengurangi gangguan jiwa.
ciri khas psikosis :
-waham
-halusinasi
-realita testing (-)
            gangguan pada ketajaman dan kesadaran, ketidakmampuan untuk menghadapi  rangsangan luar atau berkonsentrasi, kegelisahan fisik seperti pasien sering kali memperlihatkan gerak-gerik psikomotor – kegiatan motor berulang tanpa arti seperti mengumpat pada seprai atau baju – atau memainkan peranan atau menanggapi gangguan persepsi,
disorientasi.
Digolongkan dalam keadaan emergency, karena perlu penanganan yang cepat disebabkan hasil dari penanganan tersebut mempengaruhi otaknya. Penyakit sistemik yang menyebabkan delirium : diabetes mellitus, gagal ginjal, stroke

Gangguan Jiwa
Ringkasan singkat dari sejumlah gangguan jiwa terpenting yang berkaitan dengan psikosa
a.       Psikose didefinisikan sebagai gangguan jiwa yang sangat merusak akal budi dan pengertian (insight), timbulnya pandangan yang tidak realities atau bizar (aneh), mempengaruhi kepribadian dan mengurangi berfungsinya penderita. Gejala psikotis mencakup waham  (pikiran khayali), halusinasi dan gangguan berfikir formil ( tak dapat berfikir riil), yang sering disebabkan oleh schizofreni. Psikose dapat diobati dengan antipsikotika.
b.      Neurose, termasuk gangguan jiwa tanpa gejala psikotis. Kepribadian pasien relatif  kurang dirusak dan kontak dengan  realitas.


PENGGOLONGAN OBAT ANTIPSIKOTIKA
            Anti psikotika biasanya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat typis atau klasik dan obat atypis.
A.    Antipsikotika klasik, terutama efektif mengatasi sintom positif pada umumnya dibagi lagi dalam sejumlah kelompok kimiawi sebagai berikut
a.    Derifat fenotiazin : klorpomazin, levomepromazin, dan triflupromazin (siquil)-thioridasin dan periciazin –perfenazin dan flufenazin –perazin (taxilan), trifluoperazin , proklorperazin (stemetil) dan thietilperasin
b.   Derifat thioxanten : klorprotixen (truxual) dan zuklopentixol (cisordinol)
c.    Derivat butirofenon : haloperidol, bromperidol, pipamperon, droperidol.
d.   Derivat butilpiperidin: pimozida, fluspirilen, dan penfluridol.
B.     Antipsikotika atypis
            Obat-obat atypis ini sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin, dan   quetiapin (seroquel) bekerja efektif melawan simtom-simtom negatife, yang        praktis kebal terhadap obat-obay klasik. Bagi pula efek sampingnya lebih    ringan, khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda.

Derivat fenotiazin
Ø  Klorpromazin (largactil)

KIMIA. Klorpromazin (dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Farmakodinamika :CPZ bereferk farmakodinamik sangat luas.
Susunan saraf pusat. CPZ menimbulkan efek sedasi yang yang disertai sikapn acuh terhadap rangsangan dai lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. CPZ menimbulakan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini jug dimiliki oleh obat lain, misalnya barbiturat, narkotik, meprobanat, atau klordizepoksid. CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan listrik maupun rangsangan obat, dapat mengurangi atau mencegah muntah disebabkan oleh rangsangan pada chemoreseptor trigger zon. Muntah disebabkan oleh kelaianansaluran pencerrnaan
Otot rangka. CPZ dapat menimbulakan relaksasi otot skelet yang berada dalam keadaan spastik.
Efek Endokrin. CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi.
Kardiovaskuler. CPZ dapat menimbulakan hipotensi.
Farmakokinetik :
Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila diberikan per oral maupun parenta. Penyebaran luas kesemua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konyugasi, sebagian lain diubah menjadi sulfoksin yang kemudian di ekskresi bersama feses.
Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikerus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia.
Indikasi :
-psikosis hiperaktif, perlambat progresivitas schizoprenia dini
-rasa takut
-mual dan muntah bersifat sentral (perfenazin >>)
-motion sickness



Derivat Butirofenon
Ø Haloperidol
o  tenangkan keadaan mania px psikosis yg tdk dpt diberi gol fenotiazin
o  EPS 80%
o  anti psikotik kuat  dan efektif utk fase mania peny manik depresif dan skizoprenia
o  Pada SSP :
-       menenangkan dan nidurkan px dg eksitasi
-       efek sedasi < CPZ
-     Hambat sistem dopamin dan hipotalamus, hambat à muntah ok apomorfin
o  Pada sistem saraf otonom
-   Pandangan kabur (+)
-   Hambat reseptor a
o  Pada sistem kardiovask dan respirasi : hipotensi, potensiasi dg obat penghambat respirasi


PSIKOSA FUNGSIONAL
2.      Suatu gangguan Jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reaIity) terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan  emosi), proses berpikir, psikomotorik. Dan kemauan.
3.       Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab oraganik atau fungsional / emosional. dan menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.
Sindariom pola psikotik menurut Menninger
1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu secara mendalam.
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan pembicaraan dan motorik yang berlebihan.
3. Autisme, isi pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran
5. Keadaan bingung dengan disorientasi dan halusinasi Skizofrenia
.



GEJALA-GEJALA  PADA PENDERITA PSIKOSA
1.      Gejala-gejala primer
1. 1. Gangguan proses pikir (bx, langkah. dun isi pikiran)
- Asosiasi longgar
- Anti simbolik
- Inkoherensi
- Blocking
- Perseverasi / stereotipi pikiran
- Flight of idea
2. Gangguan afek dan emosi
- Emotional blunting
- Parathimi
- Paramimi
- Emosi dan afek serta ekspresi tidak mempunyai satu kesatuan
- Ambivalensi pada afek
3. Gangguan kemauan
- Lemah kemauan, tidak dapat mengambil keputusan.
- Negativisme
- Ambivalensi kemauan
- Otomatisme : Pada merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala psikomotor
- Katatonik - Katalepsi
- Stupor - Fleksibi!itas serea
- Mutisme - Command automatism
- Logorea - Ekholalia dan ekhopraxia
2.   Gejala-gejala sekunder
2.1.                      1. Waham : Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar  belakang budaya.
Waham primer : Tidak logis dan patognomonik
Waharn sekunder : Waham kebesaran, waham kejaran, sindiran, dosa dan lain-lain
2. Halusinasi : Pencerapan tanpa ada rangsang apapun pada panca indaria, terjadi secara sadar. Akustik, olfaktorik, gustatorik, dan taktil.
           - Terjadi depersonalisasi : Perasaan mengidentifikasi dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak ada lagi.
           - Otisme : Perasaan kehilangan hubungan dengan dunia luar, seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri
     Pembagianya :
     1. Skizofrenia simplex
           - Kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
           - Timbul perlahan-lahan
           - Mulai menarik diri dari pergaulan à makin mundur dalam                                       pekerjaan pengangguran
     2. Skizofrenia hebefrenik
           - Permulaan perlahan-lahan
           - Timbul pada masa remaja atau antara 15 - 25 th
           - Gangguan proses pikir, gangguan kemauan.
           - Neologisme, perilaku kekanak-kanakan.
           - Waham dan halusinasi banyak sekali
     3. Jenis katatonik
           Stupor katatonik : Perasaan tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap lingkunganungan. Emosinya sgt dangkal. Gejala- gejala :
           - Mutisme
           - Muka tanpa mimik
           - Stupor
           - Negativisme
           Gaduh gelisah katatonik
           - Hiperaktivitas motorik
           - Perasaan terus berbicara atau bergerak
           - Stereotipi dan neologisme
           - Berulang-ulang minta dipulangkan dari Rumah Sakit.
     4. Jenis paranoid
           - Konstan
           - Waham primer disertai waham sekunder dan halusinasi
           - Gangguan proses pikir. afek, dan emosi
           - Sesudah umur 30 th
           - Kepribadian skizoid : Mudah tersinggung, menyendiri, suli percaya pada orang lain
     5. Episode skizofrenia akut
           - Gejala timbul mendadak
           - Timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya berubah
           - Prognosa baik
     6. Skizofrenia residual
           Skizofrenia dengan gejala-gejala primer tetapi tidak jelas gejala- gejala sekunder. Timbul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.
     7. Skizo-afektif
           Gejala-gejala skizofrenia, bersamaan dengan gejala-gejala depresi atau mania. Cenderung sembuh. tetapi rnungkin juga timbul serangan lagi.


SEDIAAN OBAT ANTI PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN
(yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol.23-1994)
No
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Dosis Anjuran
1.



2.









3.



4.


5.

6.

7.

8.


9.



Chiorpromazine



Haloporinol









Perphenazine



Fluphenazine

Fluphenazine-decanoare
Levomepromazine

Trifluoperazine

Thioridazine

Sulpiride


Pimozide



LARGACTIL (Bp.Poulenc)
PROMACTIL (Combiphar)
MEPROSETIL (Meprofarm)
ETHIBERNAL (Ethica)
SERENACE (Searle)




HALDOL (Janssen)


HALDOLDECANOAS (Janssen)
TRILAFON (Sohering)


AVOMIT (kimia farma)
ANATENSOL (B-M-Squibb)

MODECATE (B-M-Squibb)
NOZINAN (Rh-Poulenc)

STELAZINE (Smith-kline)

MELLERIL (Sandoz)

DOGMATIL (Delegrange)


ORAP ORAP FORTE (Janssen)

Tap.                  25mg
100mg

Amp.           25mg/ml
Tap.                0,5mg
1,5mg
5mg
Liq            . 2mg/ml
Amp.            5mg/ml
Tap.               0,5mg
2mg
5mg
Amp.          50mg/ml

Tap.                    2mg
4mg
8mg
Tap.                   4mg
Tap.                2,5mg
5mg
Vial             25mg/ml
Tap.                 25mg
Amp.           25mg/ml
Tap.                   1mg
5mg
Tap.                50mg
100mg
Cap.                50mg
Tap               200mg
Amp.         50mg/ml
Tap.                 1mg
4mg
150-600mg/h



5-15mg/h







50mg/2-4minggu

12-24mg/h



10-15mg/h

25 mg/2-4 minggu
25-50 mg/h

10-15 mg/h

150-600 mg/h

300-600 mg/h


1-4 mg/h

MEKANISME KERJA
Hipotesis : sindrom psikosis disebabkan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang meningkat
Mekanisme kerja obat Anti-Psikosis adalah mem-blokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine receptorantagonis).

EFEK SAMPING obat Anti-Psikosis dapat berupa :
ü  Sedasi dan inhibisi psikomotor
ü  Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
ü  Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkison : tremor, brakidikinesia, rigiditas).
ü  Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastian), metabolic (jaundice) hematologig (agranulocytosis). Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
            Efek samping ini ada yang cepat dapat di toleri oleh pasien, ada yang lambat dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringngankan penderita pasien.
Jadi dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingi dicapai adalah “optimal response whit minimalside effects”
            efek samping yang irreversible : tardive dyskinesa (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah mulut/rahang dan anggita gerak, dimana pada waktu tidur menghilang
pada penggunaan obat anti psikosis jangka panjang secara periodic harus diulakukan pemerikasaan laboraturium: darah rutin dan urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk diteksi dini perubahan akibat efek samping obat.




CARA PENGGUNAN
Pemilihan Obat.
ü  Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek samping primer(efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek. Sekunder (efek samping)
ü  Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.
ü  Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti psikosis yang laindengan dosis ekifalennya, dima profil efek samping belum tentu sama.
ü  Penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan di tolerir dengan baik efek sampingnya dapat dipilih untuk pemakaian sekarang.
Pengaturan Dosis :
ü  Onset efek primer (efek klinis ) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
ü  Waktu paruh : 12-24 jam  dosis 1-2x pehari
ü  Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk menguirangi dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan dosis optimal, dipertahankan sekita 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan sampai 2 minggu (diselingi drug holiday 1-2hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4minggu)stop









Referensi :
Maslim, Rusdi. 1994. Tuntunan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. PT PFIZER Indonesia,Jakarta

Tjay Hoan Tan & Raharja kirana. 2008. Obat-obat penting, khasiat penggunaan dan efek-efek samping; edisi ke 5, cetakan pertama. PT Elex media komputind. Gramedia,Jakarta

Badan Farmakologi Universitas Kedokteran Indonesia. 1995. Farmakologi dan terapi; edisi 4. Gaya Baru, Jakarta.


1 komentar: